Kampus Militer

Alutsista Darat

Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat di Asia Tenggara per 2015

Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat di Asia Tenggara per 2015

Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat di Asia Tenggara per 2015 disusun untuk Military Defense Capability Index (MDCI) 2015. MDCI adalah indeks kapabilitas pertahanan militer berdasarkan kemampuan negara-negara asing memproyeksikan kekuatannya ke wilayah Nusantara. MDCI disusun oleh partisipasi independen swadaya rakyat Indonesia: kampusmiliter.com, dengan alamat publikasi di kampusmiliter.wordpress.com dan kampusmiliter.blogspot.com.

Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat di Asia Tenggara per 2015 disusun dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Kategorisasi Kepemilikan Alutsista di Asia Tenggara per 2015
  2. Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat, Laut, dan Udara di Asia Tenggara per 2015

Dari Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat, Laut, dan Udara dapat dilakukan Perbandingan Kekuatan Darat, Laut, dan Udara di Asia Tenggara per 2015.

Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat di Asia Tenggara per 2015

1. Vietnam

Misteri T-72 Vietnam: Pada Perang Vietnam diketahui Rusia mengirimkan 480 T72 ke Vietnam. Tank ini kemudian tidak terlihat lagi dioperasikan oleh Angkatan Darat Vietnam sehingga menimbulkan analisa bahwa Vietnam tidak lagi memiliki tank tersebut. Rencana pengadaan 150 T-72 baru telah dikonfirmasi dibatalkan. Namun Vietnam memiliki kerjasama upgrade peralatan tempur dengan Ukraina.

Media Rusia yang menyebutkan bahwa Rusia membuat penawaran T-90 dan upgrade untuk tank T-72 yang dimiliki oleh Vietnam. Hal ini mengkonfirmasi bahwa Vietnam masih memiliki T-90. Karena itu diasumsikan Vietnam memiliki 100 T-72 yang masih operasional, sementara 380 lainnya diberi tanda (c) sebagai cadangan.

Terlepas dari keberadaan T-72, Vietnam tetap unggul dibandingkan Singapore dengan lebih dari seribu tank menengah dan lebih seribu tank ringan.

Keunggulan Vietnam yang menyolok adalah sebagai satu-satunya yang mengoperasikan rudal balistik, baik Scud C/D/E, maupun Iskander-M, dan Bastion-P. Perlu dicatat bahwa Vietnam sudah memproduksi sendiri komponen rudal Scud.

Kepemilikan rudal balistik anti kapal Bastion-P (Yakhont/Onyx versi pertahanan pantai), menjadikan Vietnam memiliki pertahanan pantai yang terkuat dikawasan.

Pertahanan udara strategis Vietnam dibangun sangat komprehensif, dengan berbagai radar, rudal jarak jauh anti balistik S-300, jarak menengah S-125 dan S-75 disamping meremajakan rudal Buk-M2E yang sudah terbukti efektif.

Divisi Kavaleri dan Lapis Baja Vietnam memiliki pengawalan udara yang cukup tangguh dari Pantsir-S1, dan Kub. Disini Vietnam jauh melebihi kekuatan di kawasan yang umumnya masih mengandalkan shorad/manpad.

Disisi artileri berpenggerak sendiri Vietnam juga sangat kuat dengan ratusan SP Howitzer dan MLRS BM-21. Sebagai catatan, diyakini Vietnam juga mengoperasikan BM-27 Uragan, namun belum diperoleh sumber yang dapat menyebutkan jumlahnya.

Keunggulan AD Vietnam juga terwakili oleh jumlah senjata towed artileri 155mm yang mencapai 800 pucuk. Dapat dibandingkan dengan Indonesia yang baru membeli 18 pucuk artileri 155mm tahun 2013.

Kepemilikan dan produksi sejumlah besar ranjau anti personel menjadikan Vietnam sebagai kekuatan gerilya terkuat di Asia Tenggara.

2. Singapore

Singapore memiliki alutsista MBT terkuat di Asia Tenggara dengan mengoperasikan 200 MBT Leopard 2SG. Dengan tambahan menjadi 200 Leopard 2SG, Singapore akan dapat membentuk 1 Divisi Lapis Baja. Disisi ini Vietnam maupun Thailand telah lebih dulu mengungguli Singapore karena memiliki sejumlah besar Tank Medium dan sudah memiliki Divisi Lapis Baja.

Kapabilitas Divisi-divisi Infantri Mekanis Singapore mengungguli semua di kawasan dengan dua ribu IFV dan APC. Dengan catatan tambahan bahwa Singapore sudah berhasi memproduksi sendiri IFV Bionix yang cukup moderen. Dapat dibandingkan dengan Indonesia yang belum mampu memproduksi tracked APC, baru bisa memproduksi wheeled APC.

Infantri Singapore memiliki kekuatan anti tank terbesar dikawasan dengan mengoperasikan ATGM Spike yang tercanggih dalam jumlah besar. Dengan konfigurasi ini, divisi mekanis Singapore memiliki kekuatan yang sangat besar.

Keunggulan lain Singapore pada Bronco Mortar yang juga diproduksi sendiri.

Sishanud strategis Singapore mengandalkan Aster 30 SAMP/T yang cukup canggih. Dengan sishanud ini dapat dikatakan Singapore memiliki sishanud strategis terbaik setelah Vietnam yang sishanudnya sangat komprehensif. Kavaleri Singapore masih dikawal oleh shorad, walaupun sudah terkoordinasi oleh sistem pertahanan spyder.

Kekuatan gerilya / anti gerilya Singapore cukup besar dengan adanya ranjau yang dapat di deploy secara massal menggunakan Artileri atau MRLS HIMARS. Munisi M30/26 DPICM tercatat sebagai bom cluster yang mampu menebar ranjau dalam radius yang cukup luas. Hanya Singapore dikawasan ini yang diketahui mengoperasikan bom cluster, sekalipun ada kemungkinan Vietnam juga memiliki.

Sebagai penandatangan Ottawa Treaty, Indonesia dan Thailand tidak memiliki ranjau maupun bom cluster. Hal ini menjadi masalah yang cukup besar mengingat negara-negara besar seperti US dan China tidak ikut serta pada Ottawa Treaty, demikian pula sejumlah negara di kawasan.

3. Thailand

Tank MBT T-84 Thailand diyakini merupakan yang tercanggih di kawasan. Hanya saja karena dimiliki dalam jumlah sangat terbatas, hanya 48, tentu 200 Leopard 2SG Singapore menjadi lebih kuat. Sekalipun demikian, Thailand adalah satu-satunya negara di kawasan ini yang mengorganisasikan pasukannya kedalam divisi tank / lapis baja. Keberadaan divisi tank / lapis baja Thailand membuatnya menjadi AD offensif yang terkuat di kawasan. AD lain hanya memiliki divisi mekanis atau divisi lapis baja ringan (light armored division). Sementara Indonesia tidak memiliki divisi lapis baja, mekanis, lapis baja ringan, karena TNI AD hanya di organisasikan dalam tingkat Batalion.

Sishanud strategis Thailand tidak terlalu kuat, hanya mengandalkan SPADA, versi dari rudal Selenia Aspide. Demikian pula sishanud mobil Thailand cukup terbatas, hanya saja Thailand sudah mampu membangun platform sishanud mobil sendiri berbasiskan Starstreak. Selain shorad, Thailand mengoperasikan MICA berpenggerak sendiri yang merupakan sishanud jarak menengah.

Disisi artileri berpenggerak sendiri diatas 150mm, Thailand dan Indonesia tidak berbeda jauh, namun pada kategori towed artileri, Indonesia tertinggal cukup jauh, tepatnya 10x, dengan 260 vs 26 pucuk artileri 155mm.

4. Indonesia

Sempat tertinggal jauh selama beberapa tahun, akhirnya TNI AD kembali naik tingkat ke posisi ke-empat dengan pengadaan Leopard 2RI. Dengan jumlah MBT terbatas, tanpa Tank Medium, TNI AD belum bisa membentuk Divisi Tank. Pada kenyataannya memang Leopard 2RI dijadikan pengganti tank ringan. Hal ini karena MEF mewajibkan pengadaan minimum yang hanya berupa penggantian alutsista yang sudah ada.

Myanmar sekalipun berkemampuan membentuk Divisi Tank, namun secara kualitas masih dibawah TNI karena kepemilikan berbagai ATGM infantri yang baru: Javelin, Nlaw, PF-89, AT-13 dan C-90. Disini kembali TNI menunjukkan inefisiensi pengadaan dengan kepemilikan berbagai jenis ATGM. Banyaknya merek merupakan salah satu penanda korupsi pengadaan.

Niat TNI membentuk unit mekanis sudah dinyatakan secara terbuka, namun dari kepemilikan alutsista dapat disimpulkan TNI hanya akan membentuk beberapa Batalion infantri mekanis.

Selain ATGM dan kualitas MBT, Indonesia tidak jauh berbeda dengan Myanmar. Apabila Myanmar melakukan pengadaan kendaraan tempur selanjutnya sangat mungkin TNI kembali terpuruk ke posisisi kelima. Myanmar masih lebih unggul di kategori sishanud baik strategis maupun mobil. Demikian pula towed artileri 155mm Myanmar 10x lebih banyak dibanding TNI yang baru saja membeli 26 pucuk.

Myanmar juga unggul dengan kepemilikan dan produksi ranjau anti personnel.


Tinggalkan komentar