Kampus Militer

Alutsista Udara

Peringkat Kepemilikan Alutsista Udara di Asia Tenggara per 2015

Peringkat Kepemilikan Alutsista Udara di Asia Tenggara per 2015

(Untuk resolusi tinggi klik pada gambar.)

Peringkat Kepemilikan Alutsista Udara di Asia Tenggara per 2015 disusun untuk Military Defense Capability Index (MDCI) 2015. MDCI adalah indeks kapabilitas pertahanan militer berdasarkan kemampuan negara-negara asing memproyeksikan kekuatannya ke wilayah Nusantara. MDCI disusun oleh partisipasi independen swadaya rakyat Indonesia: kampusmiliter.com, dengan alamat publikasi di kampusmiliter.wordpress.com dan kampusmiliter.blogspot.com.

Peringkat Kepemilikan Alutsista Udara di Asia Tenggara per 2015 disusun dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Kategorisasi Kepemilikan Alutsista di Asia Tenggara per 2015
  2. Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat, Laut, dan Udara di Asia Tenggara per 2015

Dari Peringkat Kepemilikan Alutsista Darat, Laut, dan Udara dapat dilakukan Perbandingan Kekuatan Darat, Laut, dan Udara di Asia Tenggara per 2015.

Peringkat Kepemilikan Alutsista Udara di Asia Tenggara per 2015

 1. Singapore

Angkatan bersenjata Singapore dibangun sejak awal oleh para konsultan dari Israel.

Singapore memimpin kekuatan udara di Asia Tenggara dengan mengoperasikan 40 F-15 SG, diantaranya 16 yang terbaru merupakan konfigurasi F-15 tecanggih. Singapore juga mengoperasikan 84 F-16 C/D block 52+, diantaranya 60 pesawat di-konfigurasikan mendekati F-16V yang merupakan F-16 paling canggih saat ini. F-15 merupakan fighter superioritas udara yang paling sukses saat ini.

Persenjataan AU Singapore sangat lengkap, dengan kemampuan BVR yang tinggi didukung oleh AEW G550 yang juga tercanggih di kawasan. Rudal RUU-JJ (BVR) AMRAAM AIM-120 C7 hanya dimiliki oleh Singapore, sedang Thailand baru diizinkan memperoleh AIM-120 C5. Belum ada permintaan AIM-120C dari Indonesia sehingga belum diketahui versi mana yang dapat diberikan oleh US, namun berdasarkan pengalaman diyakini US hanya akan memberikan versi yang lebih rendah dibandingkan sekutu-nya Singapore dan Thailand. Kemungkinan AIM-120 C5 atau dibawah C5 yang diberikan kepada Thailand.

AIM-120 adalah RUU-JJ yang paling proven saat ini (sudah pernah menembak jatuh banyak pesawat fighter).

Singapore juga mengoperasikan rudal-rudal jarak dekat terbaik di dunia: AIM-9X Sidewinder yang tersohor, juga versi tercanggih, serta Phyton buatan Israel yang spesifikasinya lebih canggih dibandingkan AIM-9X. Phyton 5, misalnya, dengan helm mounted memiliki kemampuan kunci 360 derajat, artinya pilot fighter tidak lagi perlu mengejar fighter lawan untuk mengunci dan menembak. Fighter lawan yang berada di belakang pesawat pun dapat dikejar oleh Python 5 yang juga merupakan salah satu rudal supersonik tercepat di dunia.

Lengkap dengan semua rudal udara standar US, Singapore juga dipersenjatai dengan bom kluster AGM-154 yang berjarak sangat jauh.

Singapore juga memiliki kemampuan serang jarak jauh yang cukup besar dengan 4 KC-130 dan 6 A330MRTT. Tanker udara A330 MRTT dapat berubah fungsi sebagai pengangkut pasukan, menggambarkan betapa efisiennya AU Singapore. Dengan tanker ini AU Singapore memiliki kapabilitas menjangkau (baca: menyerang dan menaklukkan) seluruh wilayah udara Nusantara.

Efisiensi AU Singapore juga diperlihatkan melalui kepemilikan AEW G550 Eitam CAEW yang memiliki dual radar: radar udara dan radar maritim. Hanya Singapore dan Thailand yang sudah mengoperasikan AEW di kawasan ini.

Secara mutlak dan signifikan AU Singapore mengungguli seluruh AU lain di kawasan.

2. Vietnam

Vietnam mengungguli Indonesia dengan kepemilikan 36 Su-30 MK2V dan 7 Su-27 SK. Su-30 MK2V adalah fighter Su-30 dengan konfigurasi ekspor paling canggih, jauh lebih canggih dibandingkan Su-30 milik Indonesia yang dibeli dengan diskon besar melalui reduksi kapabilitas tempur pesawat.

Vietnam juga memiliki 56 Su-22 dan 144 MiG-21 yang walaupun sudah sangat tua, namun memiliki penerbang-penerbang yang sangat berpengalaman. Pilot fighter Vietnam dilatih oleh para ace Vietnam yang sukses menembak jatuh pesawat-pesawat US. Ada puluhan ace Vietnam dengan skor menjatuhkan hingga 11 pesawat US. Mereka adalah real ace yang menembak jatuh pesawat-pesawat US dalam dogfight klasik.

Vietnam memiliki rudal-rudal Rusia generasi terakhir, dengan tingkat kemandirian yang cukup tinggi. Beberapa jenis rudal sudah dapat di produksi sendiri di Vietnam.

Vietnam belum mengoperasikan AEW, hal ini terkait dengan doktrin tempur udara Russia yang kurang mengandalkan AEW dan lebih mengandalkan koordinasi radar fighter.

Vietnam juga tidak memiliki kemampuan serang jarak jauh dengan tidak adanya pesawat tanker. Hal ini menjadikan AU Vietnam sebagai kekuatan defensif murni.

3. Indonesia

Kepemilikan alutsista Indonesia mengungguli Thailand yang tidak memiliki fighter besar. Sekalipun kapabilitas tempur udara Thailand unggul dengan mengoperasikan AEW dan fighter yang sepaket dengan AEW tersebut.

Indonesia mengandalkan 3 Su-27 dan 9 Su-30 yang tidak terlalu canggih sehubungan keterbatasan anggaran.

10 F-16 block 15 OCU masih harus menempuh upgrade untuk terus beroperasi. 24 F-16 52ID adalah block 32+, karena asalnya dari block 25 sementara block 25 maksimal hanya bisa di upgrade menjadi block 32. Tidak memungkinkan di upgrade menjadi block 52 karena bentuk pesawat block 25 dan block 52 berbeda. Untuk kepentingan pencitraan politis F16 tersebut  diperkenalkan ke dalam negeri sebagai F-16 52ID, walaupun sebenarnya merupakan block 32+ dengan penambahan beberapa avionic block 52 yang sebenarnya tidak dapat beroperasi optimal pada F-16 block 32.

Pencitraan tersebut dibutuhkan mengingat Singapore sejak lama mengoperasikan F-16 block 52. Pada kenyataanya selain F-16 block 25 tidak bisa di upgrade ke block 52, Singapore juga sudah mulai meng-upgrade F-16 block 52-nya menjadi seperti F-16V yang tercanggih.

TNI sangat tidak efisien dengan mengoperasikan fighter yang beragam dari keluarga yang berbeda: Su-27/30, F-16, TA-50, Hawk, F-5, EMB-314, G-120 Grob, SF-260, SA-202 Bravo, T-34 Mentor, dan yang terakhir KFX/IFX. Formasi ini akan menyulitkan TNI dalam memilih platform AEW yang rencananya diadakan dengan basis CN-295. Pilihan TNI adalah melakukan pengembangan datalink sendiri yang cukup rumit, atau membiarkan tanpa kapabilitas network centric warfare yang dapat membuat kapabilitas TNI di masa depan lebih terpuruk lagi.

Kepemilikan 2 tanker udara KC-130B masih perlu diberi catatan bahwa tanker tersebut menggunakan probe & drag yang tidak cocok untuk semua pesawat pada arsenal TNI. Dengan demikian kemampuan serang jarak jauh TNI masih terbatas.

4. Thailand

Thailand sekalipun tidak mengoperasikan heavy fighter, namun unggul dibanding Malaysia di sisi small fighter, rudal, serta AEW. Di kawasan ini hanya Thailand dan Singapore yang mengoperasikan pesawat radar, dan pesawat radar Thailand sangat efektif karena satu paket dengan fighter Saab Gripen yang baru.

Malaysia memiliki 18 Su-30 MKM. Dengan vector thrust dan cannard wing, teoritis Su-30 MKM merupakan Flanker yang sangat canggih. Namun pengadaan Su-30 MKM Malaysia diwarnai dengan downgrade sejumlah peralatan avionik. Vendor MKM Irkut mengandalkan banyak peralatan avionik buatan Israel. Malaysia menolak peralatan tersebut berdasarkan alasan politis, akibatnya harus mencari dan mengadaptasi berbagai peralatan avionik lain yang tidak optimal untuk Su-30. Hal ini berdampak bukan hanya pada keterlambatan pengadaan, tetapi tentunya menimbukan masalah pada pemeliharaan kapabilitas tempur fighter.

Sebaliknya Thailand dengan mengandalkan vendor tunggal Saab akan dapat memelihara keunggulan tempur Gripen dengan kombinasi AEW Saab S-100B. Disamping itu pengadaan Thailand juga disertai dengan proyek peningkatan kapabilitas network centric warfare yang menciptakan force multiplier bagi fighter-fighter kecil Thailand.

Thailand juga unggul dari Malaysia karena memiliki sejumlah besar fighter kecil yang unggul. Baik fighter baru Gripen, maupun fighter tua F16 dan F5 Thailand memiliki kemampuan menembakkan rudal BVR AMRAAM 120 C5. Thailand juga mengoperasikan rudal Meteor, Iris-T, serta Phyton. Thailand sebagai salah satu sekutu dekat US adalah salah satu negara pertama di kawasan ini yang memperoleh rudal BVR AMRAAM. Sebaliknya, fighter kecil Malaysia umumnya sudah tua, kurang terawat, dan memiliki kapabilitas rudal sangat terbatas.

Sekalipun tidak memiliki tanker udara sendiri, Thailand memiliki kontrak jangka panjang dengan unit udara US dari USMC VMGR-152 yang meliputi hak penggunaan tanker udara jika Thailand membutuhkan. Kontrak ini tentu memberikan penghematan sangat besar bagi militer Thailand.

5. Malaysia

Malaysia secara mutlak unggul dari negara-negara lain di Asia Tenggara yang belum memiliki heavy fighter.


Tinggalkan komentar