Kampus Militer

Beranda » Kemiliteran » Peperangan Udara

Peperangan Udara

Spektrum Peperangan Udara

Spektrum Peperangan Udara (Aerial Warfare Spectrum)

Tulisan ini membahas aspek operasional dalam peperangan udara.

Terdapat berbagai istilah dalam lingkup peperangan udara. Untuk memahami-nya secara keseluruhan kita dapat memetakannya sebagai berikut.

Spektrum Perang Udara (w1024)

Spektrum Perang Udara (w1024)

Lihat gambar ukuran besar.

Ada 4 fungsi perang udara:

  1. Counter Air
  2. Air Strike
  3. Maritime Air Operation
  4. Support Operation

1. Counter Air

Fungsi utama dari perang udara adalah Counter Air. Counter Air adalah operasi untuk meningkatkan tingkat penguasaan udara di wilayah lawan dan wilayah pertahanan. Mulai dari menciptakan Keunggulan Udara, Superioritas Udara, hingga Supremasi Udara.

Counter Air menyerang ke wilayah lawan disebut dengan Offensive Counter Air, sedangkan bertahan di wilayah yang dikuasai disebut Defensive Counter Air.

1.1. Offensive Counter Air (OCA)

Offensive Counter Air dapat dikelompokkan menjadi:
1.1.1. Suppresion of Enemy Air Defense (SEAD)
1.1.2. Airfield Attack
1.1.3. C2/ISR Warfare
1.1.4. Fighter Sweep
1.1.5. Escort

Berbagai fungsi OCA dibutuhkan dalam Air Strike, misalnya SEAD, C2/IRS Warfare, dan yang paling penting adalah Fighter Escort. Namun sesuai pengelompokan tradisional, fungsi-fungsi tersebut dikelompokkan dalam fungsi utama perang udara, yaitu Counter Air.

Offensive Counter Air meliputi operasi serang udara menghancurkan pertahanan udara dan kekuatan udara lawan. Sasaran utama paling berharga pada OCA adalah lapangan udara lawan. Sedapat mungkin kekuatan udara lawan dihancurkan sebelum mengudara. Hal ini disebut sebagai Airfield Strike atau Airfield Attack.

Untuk memungkinkan Airfield Strike tentunya harus dihadapi terlebih dahulu pertahanan udara basis darat (Ground Based Air Defence) lawan, yang dapat berupa point defense, senjata anti serangan udara, atau area defense, dimana terdapat sistem pertahanan udara terintegrasi (Integrated Air Defense System). Untuk mengatasinya dibutuhkan berbagai upaya gabungan seperti perang elektronik, senjata jarak jauh anti radar, hingga bom yang dapat menghalangi pergerakan lawan. Hal ini disebut sebagai Suppression of Enemy Air Deffense (SEAD).

Agar OCA dapat meningkatkan keunggulan udara, dibutuhkan keunggulan operasi C2 dan ISR di wilayah lawan. Perang elektronik dan pengeboman harus dilakukan untuk menghancurkan jalur komunikasi lawan. Pesawat radar lawan harus dicari dan di intersepsi secepatnya. Sebaliknya, pusat kendali operasi udara serta radar kawan harus di lindungi. C2W meliputi unsur pengalihan, menipu lawan, baik menggunakan decoy maupun ECM untuk menurunkan kapabilitas sishanud lawan. Kampanye ini disebut dengan C2W.

Pesawat musuh yang mengudara harus dihancurkan oleh fighter superioritas udara. Untuk itu fighter dapat menyapu wilayah lawan. Untuk meraih keunggulan udara dengan cepat, sapuan dapat melebar menjangkau seluruh wilayah, yang disebut dengan Area Sweep. Area Sweep merupakan puncak pencapaian supremasi udara, dimana seluruh kekuatan udara dapat dikuasai. Pada serangan surgical dengan target tertentu jauh di dalam wilayah lawan sapuan dilakukan terbatas pada rute tertentu untuk menjangkau tujuan tersebut, disebut sebagai Route Sweep. Setiap fighter musuh yang ditemui akan dikejar dan dihancurkan. Operasi OCA ini disebut sebagai Fighter Sweep.

Pengawalan atas strike fighter dan bomber baik pada OCA, maupun Air Strike dilakukan oleh fighter superioritas udara dalam berbagai formasi. Hal ini disebut sebagai Escort.

1.2. Defensive Counter Air

DCA adalah operasi tempur udara di wilayah sendiri, untuk mencegah musuh meningkatkan level penguasaan udara. Yang dimaksud dengan level penguasaan udara disini,
Pihak 1 – dibandingkan lawannya – Pihak 2:
Supremasi Udara – lawannya – Musuh Menguasai Udara
Superioritas Udara – lawannya – Inferioritas Udara
Keunggulan Udara – lawannya – Kelemahan Udara
Berimbang – kedua pihak mengoperasikan kekuatan udara, tidak ada yang berhasil meraih keunggulan.

Defensive Counter Air (DCA) [1.2] dapat dikelompokkan menjadi:
1.2.1. Defensive Counter Air Combat Air Patrol (DCA CAP)

Pesawat penjaga standby di udara.

1.2.2. Ground Allert Interceptors (GAI)

Pesawat siaga di lapangan udara / carrier, siap untuk sewaktu-waktu meluncur jika terdapat pesawat musuh yang perlu di cegat.

Perlu dicatat bahwa CAP (Combat Air Patrol) disini bukanlah konsep patroli atau workhorse. Berbeda dengan konsep patroli zaman PDII, yang bermakna “recon” atau workhorse, pesawat tanpa kapabilitas tempur memadai. Pada zaman dahulu pesawat patroli dapat menahan serangan fighter lawan sementara interceptor dan fighter superioritas udara datang.

CAP membutuhkan fighter superioritas udara yang mampu menaklukkan fighter superioritas udara lawan yang diperkirakan di proyeksikan ke wilayah CAP. CAP tanpa kapabilitas memadai hanya menjadi sasaran BVR tanpa pernah melihat pesawat lawan di radar.

Sebagai contoh F-16 TNI AU baik block 15 OCU maupun block 25+ ex USANG tidak dapat dipergunakan untuk CAP, mengingat fighter superioritas udara lawan yang dapat di proyeksikan adalah: Su-30 MKM, F-15 SG, F-16 block 52+ dan AEW, F-18 SH dan AEW yang dapat dengan mudah menghancurkan fighter tersebut.

Fungsi Counter Air merupakan fungsi utama perang udara. Tanpa kekuatan Counter Air memadai, fungsi lain kekuatan udara tidak akan dapat dilaksanakan.

Spektrum Perang Udara - Counter Air (w1024)

Spektrum Perang Udara – Counter Air (w1024)

2. Air Strike

Kelompok fungsi kedua dari perang udara adalah Air Strike alias Serangan Udara, yang bermakna serangan dari Udara ke Darat / Permukaan.

Air Strike terbagi atas dua kelompok fungsi:
2.1. Strategic Bombing
2.2. Tactical Bombing (Ground Attack)

2.1. Strategic Bombing terdiri atas:
2.1.1. Area Bombing
2.1.2. Strategic Air Interdiction
2.1.3. Strategic Non-conventional Bombing
Yang bergantung dari hulu ledak non-konvensional yang digunakan, bisa Nuklir, Biologi, Kimia, atau Radiologi (CBRN).

2.2. Tactical Bombing (Ground Attack)

Pada masa lalu, Tactical Bombing dan Ground Attack adalah 2 hal yang berbeda. Dalam era moderen dengan adanya smart munition, berbagai rudal, dan bom presisi tinggi, perbedaan keduanya semakin pudar, dan dapat ditempatkan pada kelompok yang sama.

Tactical Bombing / Ground Attack dapat dilakukan oleh pesawat ground attack, bomber taktis, attack/strike fighter, maupun fighter multirole. Dalam kondisi mendesak bomber, fighter superioritas udara, bahkan interceptor dapat digunakan untuk ground attack, hal ini sehubungan dengan keterbatasan alutsista, lokasi, serta pentingnya serangan. Di Siria, misalnya, pemerintah Assad mengoperasikan seluruh alutsistanya untuk serang darat, bahkan menggunakan helikopter anti kapal selam.

Hampir seluruh helikopter dan pesawat latih (baik pesawat latih ringan maupun fighter latih) dapat dilengkapi persenjataan untuk misi ground attack.

Pesawat dedicated ground attack adalah pesawat yang di disain untuk serang darat. Dibandingkan dengan fighter multirole, pesawat ground attack memiliki performa, kecepatan, dan kemampuan manuver lebih rendah.

Pesawat dedicated ground attack moderen yang paling dikenal adalah A-10 Thunderbird II Warthog milik US. Soviet/Russia mengandalkan Su-25 Frogfoot yang juga battleproven mulai dari Perang Afghanistan, hingga pada perang Iran-Irak dimana dari ratusan sorti Su-25 Irak, hanya satu yang tertembak oleh SAM Hawk Iran. Dalam Perang Teluk, Su-25 Irak dihancurkan karena koalisi US meraih supremasi udara mutlak. Pada Perang Chechnya Su-25 juga berperan besar, namun sejumlah Su-25 ditembak jatuh. Yang menarik pada Perang Russia – Georgia 2008, kedua pihak mengoperasikan Su-25, bahkan terdapat pabrik produksi Su-25KM (salah satu versi tercanggih) di Georgia, yang dihancurkan oleh Su-25 Russia.

Yang unik adalah bahwa A-10 dan Su-25 sama-sama pernah melakukan operasi counter insurgensi (anti gerilya) di Afghanistan, Suriah, dan Irak. Dalam operasi melawan ISIS, sejak 2014, keduanya sama-sama digunakan menggempur gerilyawan ISIS. Mulai Septembe 2015, pesawat Su-25 Russia secara intensif mulai menggempur ISIS.

Tactical Bombing / Ground Attack terdiri atas:
2.2.1. Air Interdiction
2.2.1.1. Battlefield Air Interdiction (BAI)
2.2.1.2. Deep Air Support (DAS), disebut juga Air Interdiction (AI)
2.2.2. Close Air Support
2.2.2.1. Light Air Support (LAS)
2.2.2.2. Strike/Combat Air Patrol (Strike/CAP)

Air Interdiction [2.2.1] adalah serangan udara kepada kekuatan lawan tanpa permintaan dari pasukan reguler di garis depan. Pesawat yang melakukan Air Interdiction terbang sesuai waypoint yang diberikan, dan sepanjang perjalanan menyerang pasukan lawan sesuai prioritas misi. Biasanya AI ditujukan agar pasukan musuh yang sedang bergerak ke garis depan terganggu atau bahkan gagal mencapai tujuannya.

Battlefield Air Interdiction (BAI) [2.2.1.1.] adalah misi Air Interdiction yang dilakukan di medan pertempuran atau dekat dengan garis depan. Termasuk menghancurkan musuh yang sedang bertempur dengan pasukan kawan, seperti artileri lapangan, lapis baja, artiler berpenggerak sendiri, dsb.

Deep Air Support (DAS) [2.2.1.2.] adalah misi Air Interdiction jauh di belakang wilayah musuh. Serangan udara dilakukan untuk mengganggu gerakan pasukan lawan untuk maju atau mundur. DAS dapat memperlambat bahkan menggagalkan bala bantuan musuh, atau menjebak pasukan musuh sehingga tidak bisa bergerak mundur.
Close Air Support adalah misi serangan udara untuk membantu pasukan yang sedang bertempur. Permintaan CAS dapat datang langsung dari pasukan pengintai, pasukan garis depan, atau dari rantai komando pasukan darat.
Light Air Support atau LAS adalah misi CAS ringan menghadapi pasukan infantri atau gerilya yang tidak dilengkapi dengan kendaraan lapis baja. Biasanya menggunakan helikopter atau pesawat ringan, atau pesawat latih yang dipersenjatai.

Strike/Combat Air Patrol (Strike/CAP) adalah fighter multirole yang diberikan misi serang darat, setelah itu beralih fungsi mencari fighter lawan.

Trend disain pesawat tempur saat ini adalah fighter multirole menggantikan fungsi dedicated ground attack aircraft. Apabila A-10 dan Su-25 berakhir masa operasinya diperkirakan era dedicated ground attack akan berakhir, digantikan oleh precission munition, peluru kendali presisi tinggi dengan ukuran kecil dan biaya rendah. Dedicated ground attack dinilai terlalu lemah dalam menghadapi ancaman pertahanan udara di masa depan.

Fighter yang didisain untuk serang darat di US dahulu di sebut sebagai F/A, contoh terakhir adalah F/A-18 Hornet yang di disain sebagai fighter sekaligus untuk serang darat. F/A-18 milik Malaysia terlibat dalam operasi interdiksi di Lahat Datu melawan pasukan pemberontak.

Dalam perkembangannya US mengembangkan konsep Joint Strike Fighter, alias fighter untuk berbagai fungsi serang darat, yaitu F-35 JSF. Jika sebelumnya US mengandalkan berbagai jenis pesawat untuk serang darat:

  • F/A-18 sebagai fighter serang darat
  • F-16 konfigurasi serang darat
  • A-10 sebagai dedicated CAS platform
  • F-15 Strike Eagle sebagai fighter serang darat jarak jauh tanpa membutuhkan escort

Maka disain F-35 diharapkan dapat mengganti ke-empat jenis fighter tersebut. Sekalipun F-35 mungkin tidak memenuhi berbagai ekspektasi.

F-35 direncanakan sebagai fighter multirole generasi kelima yang akan menggantikan A-10. Namun sejauh ini terdapat berbagai keberatan atas performa F-35 serta biaya-nya yang dinilai terlalu mahal. Atas keberatan tersebut terdapat upaya memperpanjang masa pakai A-10 hingga tahun 2028, serta usulan proyek pesawat baru pengganti A-10.
Alternatif solusi yang ditawarkan adalah membangun taktik CAS menggunakan F-16. Sekalipun US menggunakan A-10 sebagai CAS utama, negara-negara pengguna F-16 lain yang tidak memiliki dedicated ground attack sejak laa telah menggunakan F-16 sebagai fighter CAS utama. Kekurangan utama F-16 dari hanyalah senjata 30mm yang dibawa A-10 dalam jumlah besar dan sangat efektif untuk CAS. Munisi 30mm mampu menembus kebanyakan kendaraan lapis baja dan kubu gerilyawan.

Belgia, misalnya, mengandalkan fighter F-16, sementara RAF Inggris mengandalkan fighter Panavia Tornado GR4 sebagai platform CAS. RAF berencana mengganti Panavia Tornado GR4 dengan Eurofighter Typhoon FGR4 dan F-35 sebagai platform CAS. RAF menggunakan singkatan FGR untuk menggambarkan fungsi multirole: Fighter / Ground Attack / Recon.

Keunggulan utama menggunakan fighter sebagai platform CAS adalah efisiensi biaya operasional. Untuk negara seperti Indonesia dengan anggaran militer sangat terbatas, kurang dari 1% GDP, lebih kecil dibandingkan banyak negara lain di kawasan ini, efisiensi sangat vital dalam mewujudkan militer yang kuat.

Fungsi serang darat, CAS dan Interdiksi bukan eksklusif menjadi tanggung-jawab fighter. Alutsista udara lain memegang fungsi tersebut, utamanya:

  1. Pesawat gunship
  2. Helikopter serang (gunship)
  3. Helikopter bersenjata
  4. Fighter latih
  5. Pesawat ringan dipersenjatai
  6. Pesawat latih dipersenjatai

Ada cukup banyak alternatif aset udara untuk fungsi serang darat selain fighter.

Spektrum Perang Udara - Air Strike & Operasi Maritim (w1024)

Spektrum Perang Udara – Air Strike & Operasi Maritim (w1024)

Spektrum Perang Udara – Air Strike & Operasi Maritim (w1024)

3. Maritime Air Operation

3.1. Air ASuW

3.2. Air ASW

Spektrum Perang Udara - Operasi Pendukung

Spektrum Perang Udara – Operasi Pendukung

4. Support Operation

4.1. Air Refuelling

4.2. Air Transport (Air Lift)

4.3. ISR Operation


Tinggalkan komentar